SISTEM BILANGAN DIGITAL
A. PENDAHULUAN
Elektronika digital
bermula pada saat manusia pertama kali belajar mencacah, belajar mengkaitkan
nama – nama bilangan dengan objek – objek dalam satu kelompok. Kebanyakan
pencacahan dilakukan dengan jari (digit), dan dengan alasan ini nama – nama
bilangan dasar (satu, dua, tiga, …) dikenal sebagai angka (digit).
Penemuan bilangan –
bilangan mengarah kepada aritmatika serta semua jenis peranti penghitung
seperti abascus (sempoa), batang napier (mistar hitung), dan kalkulator Pascal
(mesin penjumlah pertama). Penemuan – penemuan ini mengarah pada suatu
pemecahan masalah dengan pemanfaatan logika agar diperoleh kesimpulan –
kesimpulan logika.
Metoda logika
tersebut berkembang pesat pada abad kesembilan belas dengan bermunculan
penemuan – penemuan rangkaian digital seperti komputer generasi pertama yang
menggunakan tabung hampa.
Dalam perkembangan
selanjutnya, terjadilah kesepakatan secara internasional dalam penggunaan
logika nol “0” dan logika satu “1”. Sehingga disimpulkan rangkaian digital
sebagai rangkaian elektronika yang hanya mengenal dua keadaan nilai pada bagian
input maupun bagian output yaitu, keadaan nilai rendah (0) dan keadaan nilai
tinggi (1).
B. BILANGAN DIGITAL
Sistem bilangan tidak
lain dari suatu sandi. Bagi masing – masing kuantitas yang berlainan, terdapat
suatu lambang yang diberikan. Setelah menghafalkan sandi yang bersangkutan,
kita dapat mencacah, dan hal ini mengarah kepada aritmatika maupun matematika
yang lebih tinggi.
Dalam sistem digital
dikenal beberapa sistem bilangan yang mana pada operasi digital ke semua sistem
bilangan itu harus dikonversikan ke sistem bilangan biner.
1.
Bilangan Biner
Bilangan Biner ialah
suatu sandi yang hanya menggunakan dua buah lambang dasar yakni, satu “1” dan
nol “0”.
Bit merupakan
singkatan dari bilangan digit. Misalkan bilangan biner disajikan dalam bentuk
1101, maka bilangan biner tersebut dinyatakan bilangan biner dengan 4 bit. Dan
jika bilangan biner 111010, maka bilangan biner tersebut dinyatakan bilangan
biner 6 bit. Demikian seterusnya hingga kita mengenal istilah bilangan dengan
istilan 8 – byte (8 bit) atau 16 – byte (16 bit).
Bilangan desimal
terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Bilangan desimal ini dapat
dikonversikan ke dalam sistem bilangan biner. Hasil konversi antara bilangan
desimal ke bilangan biner dapat kita lihat dalam tabel berikut ini.
Tabel konversi
Desimal – Biner
Tabel di atas dapat
kita lengkapi dengan cara berikut,
Contoh 1 : konversi 910 = ….2.
Pembahasan :
Contoh 2 : konversi 710 = ….2.
Pembahasan :
Contoh 3 : konversi 810 = …2.
Pembahasan :
Berikut beberapa contoh Desimal – Biner
Contoh 4 : konversikanlah (25,25)10 = … 2
Pembahasan :
Langkah pertama, kita selesaikan terlebih dahulu
bilangan bulatnya.
Langkah kedua, kita selesaikan kemudian bilangan pecahannya
Langkah ketiga, kedua hasil perhitungan kita gabungkan menjadi satu.
Contoh 5 : konversikan (50,50)10 = …2
Pembahasan :
Langkah pertama, pisahkan
penyelesaian bilangan bulatnya dengan pecahan desimalnya.
Langkah kedua,
selesaikan pecahan desimalnya
Langkah ketiga,
gabungkan kedua nilai di atas
Contoh kebalikan Biner – Desimal
Contoh 6 :
Konversikan nilai
biner berikut menjadi nilai desimal
a) 10002 = …
b) 110012 = …
c) 11001,012 = …
Pembahasan :
Bagian a)
ó 10002 = 1x23 + 0x22 +
0x21 + 0x20.
ó 10002 =
8 + 0
+ 0 + 0
ó 10002 = 8
Bagian b)
ó 110012 = 1x24 + 1x23
+ 0x22 + 0x21 + 1x20.
ó 110012 = 16 + 8 + 0 + 0 + 1
ó 110012 = 25
Bagian c)
ó 11001,012 = 1x24 +1x23
+0x22 +0x21+1x20,0x2-1 +1x2-2.
ó 11001,012 = 16 + 8 + 0 + 0 + 1, 0 + ¼
ó 11001,012 = 25,25
2.
Bilangan Octal
Bilangan Octal ialah
bilangan yang memiliki sandi yang mempunyai delapan buah lambang dasar, yakni :
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Bilangan Desimal – Octal
Contoh 7 :
Konversikan 1910
= … 8
Pembahasan :
Contoh 8 :
Konversikan 17510
= … 8
Pembahasan :
Contoh 9 :
Konversikanlah 0,2310
= … 8
Pembahasan :
Latihan Mandiri
Konversikanlah nilai
desimal berikut ke octal
a) 5410 = …8
b) 0,8510 = …8
c) 25,4510 = …8
3.
Bilangan Hexadesimal
Bilangan Hexadesimal
memiliki sandi sebanyak 16 buah dengan lambang dasarnya, yakni : 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F.
Tabel konversi
Desimal – Hexadesimal – Biner
Bilangan Desimal |
Bilangan Hexadesimal |
Bilangan Biner |
0 |
0 |
0000 |
1 |
1 |
0001 |
2 |
2 |
0010 |
3 |
3 |
0011 |
4 |
4 |
0100 |
5 |
5 |
0101 |
6 |
6 |
0110 |
7 |
7 |
0111 |
8 |
8 |
1000 |
9 |
9 |
1001 |
10 |
A |
1010 |
11 |
B |
1011 |
12 |
C |
1100 |
13 |
D |
1101 |
14 |
E |
1110 |
15 |
F |
1111 |
Untuk contoh soal
konversi bilangan desimal menjadi hexadesimal, pada kesempatan kali ini tidak
kita bahas langsung. Lebih dikarenakan untuk meningkatkan kemampuan kita untuk
berlatih. Semoga maksud baik ini bermanfaat buat kita semua.
Latihan Mandiri
Ubahlah bilangan
desimal berikut ini menjadi hexadesimal
a) 2479
b) 3245
c) 258
4.
Bilangan Gray
Sistem bilangan Gray
lebih dikenal dengan istilah sandi Gray. Sandi Gray adalah sandi tak berbobot
yang tidak sesuai bagi operasi aritmatika namun sangat berguna bagi peranti
masukan dan keluaran. Pengubah analog ke digital serta peralatan – peralatan
bantu lain.
Tabel konversi Biner – Gray
Bilangan Desimal |
Bilangan Biner |
Kode Gray |
0 |
0000 |
0000 |
1 |
0001 |
0001 |
2 |
0010 |
0011 |
3 |
0011 |
0100 |
4 |
0100 |
0101 |
5 |
0101 |
|
6 |
0110 |
0111 |
7 |
0111 |
1000 |
8 |
1000 |
1001 |
9 |
1001 |
1010 |
10 |
1010 |
1011 |
11 |
1011 |
1100 |
12 |
1100 |
1101 |
13 |
1101 |
1110 |
14 |
1110 |
1111 |
15 |
1111 |
1000 |
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar dengan Bijak sesuai dengan semangat kemajuan yang membangun Blog ini dan Jangan keluar dari topik